Senin, 07 Februari 2011

WANITA KARIER

”BERKARIER YES, KELUARGA OKE!”
Bukan lagi jamannya wanita hanya berkutat urusan dapur, sumur dan kasur. Tak ada wanita yang suka hidup di sangkar emas. Tentunya, ungkapan dalam sebuah lagu bahwa wanita dijajah pria sejak dulu sudah tidak layak tayang. Wanita bukan sosok manusia lemah lagi. Wanita tak boleh dipandang sebelah mata. Simak saja eksistensinya di percaturan global.
Emansipasi wanita telah membawa diri seorang hawa sebagai seorang multi fungsi. Keberadaanya kini mulai menggurita. Terlau kasar memang. Tetapi itulah kenyataannya. Hampir tidak ada posisi di muka bumi ini yang tidak tersentuh wanita. Mulai kuli bangunan hingga presiden. Bahkan tukang becak pun dilakoni kaum perempuan demi mempertahankan hidupnya. Yaa, dunia sudah mengubah wanita. Terpaksa, dipaksa ataupun memang diniatkan wanita itu sendiri. Keadaan, kesempatan dan peluang membuat wanita menjadi perkasa. Melakoni bidang pekerjaan yang sebelumnya seperti tabu ditangani wanita. Meski masih sering terdengar diskriminatif, perlakuan pelecahan bahkan kekerasan terhadap wanita pekerja. Tetapi hal ini tidak menyurutkan tekat wanita untuk bekerja dan berprestasi.
Wanita bukan lagi sekedar pajangan. Penghias sampul muka majalah, iklan pemikat konsumen ataupun sekretaris pendamping boss. Perkembangan jaman yang menuntut persaingan keras telah mengubah budaya dan retorika kehidupan. Feminimisme wanita bermetamorfosis. Dari sekedar wanita pekerja menjelma menjadi wanita karier. Tangan dan tutur kata lembut wanita berubah menjadi senjata pamungkas. Kelemah lembutan wanita bisa membuat pesaingnya terpedaya. Itu juga sebagai salah satu modal utama wanita meniti karier mengalahkan kaum pria.
Hampir tidak ada batas lagi antara pria dan wanita dalam berkarya. Walau disana-sini ada perbedaan penghargaan terhadap keprofesionalan kerja, namun juga banyak bukti. Bahwa sentuhan wanita mampu membawa perubahan positif di bidang yang ditanganinya. Keraguaan kaum pria terhadap kompetensi wanita ditepis dengan bukti nyata hasil oleh pikir dan olah kerjanya.
Nilai lebih wanita dalam berkarya terletak pada ketaletaan, keuletan dan kesabarannya. Ini membuat wanita semakin memperbesar porsi kebutuhan tenaga wanita di bursa kerja. Maka tidak heran, di bursa kerja sering menawarkan lowongan pekerjaan bagi wanita. Tak terkecuali untuk bekerja ke luar negeri sebagai TKW. Dengan kelebihannya wanita mampu menggungguli kaum pria dalam memperebutkan posisi. Karier pun cepat melejit. Satu sisi keberhasilan wanita.
Seiring peningkatan karier, ekonomi keluarga terangkat. Berlimpah harta benda. Nama besar dan kepopuleranpun disandang. So pasti aktifitas juga meningkat. Baik terkait bidang karier ataupun kegiatan sosial kemasyrakatannya. Ini juga semakin menyita waktu seorang wanita. Dampak negatif ikutannya pun timbul. Terutama waktu untuk keluarga. Keharmonisan terganggu. Waktu mendidik putra-putrinya tersita. Rumah seperti tempat numpang lewat. Makan, tidur, mandi, bersolek dan buang air. Frekuensi bersua dengan keluarga semakin kecil. Berangkat, anak belum bangun, pulang sudah tidur. Suami pun hanya teman mendengarkan dengkur. Nafkah batin terkorupsi. Awal bencana keluarga mengancam. Apakah kesuksesan wanita karier seperti ini yang diharapkan?
Masih ada parameter lain untuk mengukur kesuksesan seorang wanita. Apalah artinya jika karier sukses bila anak dan rumah tangganya hancur. Tidak ada pemimpin laki-laki yang sukses tanpa pendamping handal. Tidak ada pula wanita karier sukses tanpa suami yang setia. Begitupun, tidak ada anak berhasil tanpa sentuhan kasih sayang seorang ibu. Sesibuk apapun seorang wanita karier harus menyempatkan waktu melaksanakan tugas wajibnya. Baik sebagai seorang istri ataupun ibu. Ada rasa berbeda yang dirasakan anak, jika seorang ibu mau menyempatkan diri mendidik secara langsung. Apalagi bagi sang suami.
Yang diperlukan oleh seorang wanita karier dan pasangannya adalah bekerja sama. Saling berbagi tugas untuk urusan rumah tangga dan anak. Saling percaya, menghargai dan mau mengalah untuk hal tertentu. Meminimalisir keegoan dan mampu mengendalikan diri dalam berkarier. Tidak aji mumpung. Bagaimanapun juga, kesuksesan berkarier perlu ada batasan. Apalah artinya jika kesuksesan itu hanya untuk diri sendiri. Wanita harus mengatur dirinya sendiri.
Setiap kesuksesan pasti perlu pengorbanan. Hanya saja, jangan sampai pengorbanan itu mempunyia nilai negatif lebih besar dibanding kesuksesannya. Keseimbangan antara karier dan keluarga menjadi kunci wanita karier meniti kehidupan yang normal dan bermartabat. Menuju terciptanya keluarga sakinah, mawaddah warohmah. Karier mulus, datang fulus. Suami tulus, anak lulus, sekeluarga terasa mak nyuusss.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar