Selasa, 20 April 2010

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

HIDUP TANPA LISTRIK

Hari ini seperti kembali ke jaman purba. Sejak pagi sekitar pukul 06.00 listrik mati. Otomatis semua keperluan rumah tangga yang berhubungan dengan listrik perhenti total. Nasi belum sempat matang, kamar mandi belum terisi penuh, pakaian belum diseterika dan mau ngeprint pekerjaan gagal total.

Itu yang terjadi di rumah. Di sekolah fatal lagi. Saat ini anak-anak kelas 9 SMP ujian praktek. Apa jadinya kalau listrik padam. Paktek TIK dan bahasa inggris nggak bisa jalan, lab bahasa lumpuh. Yang mau praktek agama, berhenti. Mau ambil wudlu airnya nggak bisa ngalir. Belum lagi tugas-tugas administrasi sekolah dan kantor. Semuanya lumpuh.

Listrikpun padam hingga sore. Nggak tahu persisnya sekitar jam 15.00 listrik nyala. Lumayan bisa nyalakan air. Ee.... jam 17.00 – an listrik mati lagi. Kali ini mati sampae sekitar 22.42. Yach otomatis gelap gulita.

Untung masih ada sisa minyak tanah yang harganya 1 liter Rp 7000,00. Bebas subsidi. Meski banyak rumah yang nggak nyalakan lampu minyak tanah. Maklum saja, karena mahal dan beralih ke LPG, yaa tidak beli minyak tanah. Cuma beli minyak goreng sama minyak rambut... Mau nyalakan kompor gas buat penerangan sebenarnya bisa ...he...he.... Tapi ya buat apa. Dikira sombong.

Cuma kalau padam begini, kasihan anak-anak yang punya PR dan keesokan menempuh ujian praktek ,ujian akhir sekolah non nas. Termasuk midle tes. Nggak tahu penyebab pasti padamnya listrik yang cukup lama ini. Yang jelas hidup tanpa listrik sangat menyebalkan. Apalagi sebentar lagi tarif dasar listrik naik. Apakah padamnya listrik ini sebagai alasan bahwa PLN butuh banyak dana dari masyarakat? Kalau yaa,... ya amit amit.

Semoga padamnya listrik tanggal 20 April ini bukan untuk menyambut hari Kartini 21 April, dan mengusung buku Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang sebagai tonggak pertanda naiknya TDL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar