Rabu, 06 Januari 2010

Istisqo’ di musim hujan

Mendung tak berarti hujan bukan lagi pepatah, tapi fakta. Memasuki Januari ini hujan belum banyak menyapa para petani. Mendung hanya menggelayut dan berlalu. Kalau orang Jawa mengatakan Desember gede-gedene sumber, Januari hujan sehari-hari. Kiroto boso/ungkapan itu tidak lagi sesuai kenyataan. Entah iklim global telah banyak berubah atau Tuhan mulai bosan melihat tingkah manusia. Yang jelas berkurangnya curah hujan membuat petani berkeluh kesah.
Bibit yang disemaikan tak sempat tumbuh. Lahan sawah yang baru digarap mengering lagi. Ditengah kesuksesan swasembada beras, para petani masih menderita. Dan itu mungkin karena kita mulai melupakan-Nya. Tidak pandai bersyukur dan mulai membusungkan dada. Merasa dirinya mampu membuat segala sesuatu, tetapi melupakan yang memberikan ilmu.
Pawang hujan dikerahkan untuk menolak hujan buat hajatan. Mementingkan diri sendiri tidak memperhatikan jeritan petani. Kini krisis pangan global mengancam. Komoditi pangan mulai dimainkan harga. Kalau para petani tidak segera menggarap sawahnya. Sebentar lagi akan banyak yang kelaparan.
Ada baiknya kita semua memanjatkan do’a. Bermunajat kehadirat Ilahi Robbi Yang Maha Kuasa. Sholat Istisqo berjamaah memohon hujan segera tiba. Kelihatannya aneh, di musim hujan sholat Istisqo’. Lebih baik aneh daripada kita semua tidak merasa diberi adzab dini, bagai hidup di tepi neraka. Di Musim hujan tak ada air hujan mengalir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar