Minggu, 29 Agustus 2010

GANYANG MALAYSIA

Kata Ganyang Malaysia begitu populer di era 60-an. Kala pak Karno geram dengan malaysia. Rakyat Indonesia pun rela mengorbankan nyawa demi membela tanah air. Untung kita masih diberi kesabaran. Gerakan ganyang Malasiapun teredam.

Sebagai negeri serumpun, Indonesia dan Malaysia menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Maka tidak aneh, di tahun 80-an guru Indonesia diimport Malaysia untuk mengajar di sana. Tahun berganti. Dengan semangat perjuangan tingi dan kepemimpinan kuat, Malaysia lambat laun mengejar ketertinggalan. Kita malah mulai ditinggalkan. Bukan mengekspor tenaga ahli lagi, Indonesia malah mengekspor tenaga kerja kelas bawah. Kita mulai dilihat sebelah mata oleh orang-orang Malaysia. Mereka mulai angkuh. Merasa sebagai bangsa berderajat tinggi.

Hubungan bilateral kedua negara pun mulai ada gesekan. Puncaknya ketika dua pulai Sipadan dan ligitan dibawa ke mahkamah Internasional, kedua pulai itu pun jatuh ketangan Malaysia. Merasa dirinya di atas angin, Malaysia berulah di Ambalat. Berupaya merebut wilayah Indnesia. Masih untung Indonesia berani menampakkan taring, unjuk kekuatan mempertahankan wilayahnya. Sementara suasana reda.

Tetapi ternyata malaysia belum nyenyak tidurnya. Bosan bermain dengan wilayah, Malaysia mengklaim budaya Indonesia sebagai budaya mereka. Mulai lagu, wayang, batik tempe hingga reog. Sungguh Malaysia bangsa yang tidak tahu malu. Ulah rakyatnya tidak berhenti sampai disitu. Keberadaan TKI yang mencoba mengadu nasib serta perlakuan terhadap orang Indonesia di Malaysia mulai dilecehkan. Tak kurang delegasi resmi pemerintah dianiaya. Hingga yang terakhir petugas perairan Indoneia ditangkap oleh polisi diraja Malaysia.

Melihat perlakuan seperti ini pantas jika rakyat Indonesia marah. Protes terhadap keangkuhan Malaysiapun dilakukan. Baik dalam bentuk kata-kata hingga pembakaran terhadap bendera Malaysia. Lambang kebesaran suatu bangsa. Jika mereka juga marah lambang kebesaran negaranya dilecehkan, sudah seharusnya Malaysia menyadari kesalahannyanya. Bukan malah berkacak pinggang. Jika sikap Malaysia tidak berubah, sudah sepatutnya semangat Bung Karno dikobarkan lagi : Ganyang Malaysia.

Buat apa bertetangga jika tidak bisa menghormati sesama. Negera yang menetapkan syariat Islam ternyata tidak menggunakan keIslamannya dengan baik. Padahal ini bulan ramadan. Mengapa negeri bersyariat Islam malah menunjukkan keangkuhan dan tidak mau menunjukkan kebesaran hati meski hanya meminta maaf atas segala tingkah polahnya. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar