Jumat, 07 Agustus 2009

PRAMUKA,WADAH PENGEMBANGAN DIRI

PRAMUKA, PENGEMBANGAN DIRI YANG KOMPLIT

Setiap tanggal 14 Agustus kita memperingati hari Pramuka. Sebagai wadah generasi muda yang suka berkarya, Pramuka telah menunjukkan darma bhaktinya bagi perkembangan pembangunan, termasuk dunia pendidikan. Tidak hanya diwujudkan dalam bentuk uniform. Tetapi berbagai kegiatan sosial kemanusiaan dan kemasyarakatan telah menunjukkan eksistensi Gerakan Pramuka. Paling tidak, anak-anak seantero nusantara ini hampir tidak ada anak yang tidak kenal pramuka. Minimal mereka sudah terbiasa memakai seragam pramuka.
Kombinasi pakaian kebesaran coklat muda dan coklat tua ini telah dikenal mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, bahkan lembaga kepresidenan. Berbagai even yang diselenggarakan Gerakan Pramuka menunjukkan, betapa eksisnya pramuka. Tidak hanya level nasional, tetapi juga internasional. Lord Boden Powell sendiri sebagai Bapak Pandu Dunia telah mendedikasikan hidupnya di dunia kepanduan. Di tingkat sekolah, kegiatan pramuka sering dijadikan menu wajib kegiatan ekstra kurikuler. Kewajiban yang sebenarnya bertentangan dengan asas gerakan pramuka itu sendiri yang bersifat sukarela.
Tetapi dengan melihat nilai-nilai positif yang terkandung dalam pendidikan kepramukaan. Sudah sewajarnya sekolah mewajibkan kegiatan kepramukaan sebagai kegiatan ekstra kurikuler wajib. Hanya masalahnya sekarang, masih eksiskah pramuka di mata anak-anak muda sekarang? Utamanya anak-anak sekolah SD sd SMA?
Bernyanyi, tepuk tangan, dan baris berbaris seolah menjadi cirri khas pramuka. Ciri khas yang dianggap terlalu kuno untuk masa sekarang. Anak-anak sekolah lebih suka mengekspresikan diri mereka ke bidang kegiatan yang kelihatan lebih ngetrend. Pecinta Alam, paduan suara, sport, teater, musik, out bounds, dan lain sebaginya. Apalagi dengan mengikuti kegiatan seperti itu, mereka tidak terlalu dikekang dengan aturan. Termasuk pemakaian uniform.
Anak muda lebih suka kegiatan yang bebas dengan aturan-aturan mengikat. Lebih suka kelihatan gaul, keren, beken dan dengan penampilan modies mengikuti trend setter. Padahal untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini memerlukan biaya tidak sedikit. Lantas apa sebenarnya yang mereka cari? Ekspresi dan aktualisasi diri atau sekedar mengikuti arus. Itu yang perlu dikaji lebih lanjut.
Di saat sekolah memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sekolah kadang kebingunan. Bagaimana mengisi kegiatan pengembangan diri. Meski akhirnya pengembangan diri itu dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk kegiatan. Tetapi bagi sekolah yang mempunyai kegiatan kepramukaan, kegiatan pengembangan diri bukan lagi halangan. Malah jika kita cermat, di dalam kegiatan kepramukaan banyak potensi ang dikembangkan. Potensi kegiatan kepramukaan ini dapat dipilah-pilah menjadi berbagai bentuk kegiatan, ketrampilan, keahlian, uji kemampuan dan sebagainya yang merupakan wujud pengembangan diri seorang anak.
Berbagai bentuk pengembangan diri ini terrangkum dalam pasal-pasal pencapaian Syarat Kecakapan Umum (SKU) baik tingkat penggalang atau penegak. Dalam pasal-pasal SKU sudah termaktub kurikulum kepramukaan yang harus dipenuhi seorang anggota pramuka untuk naik tingkat. Mulai kedisiplinan, kewirausahaan, kesenian, kemampuan kognitif, motorik, afektif, semua lengkap ada dalam SKU.
Hanya permasalahannya, kadang di sekolah Pembina pramuka yang sudah memiliki kemampuan sebagai Pembina Pramuka yang sudah mengantongi sertifikat belum banyak. Sehingga kegiatan pramuka acapkali hanya dijadikan ajang refreshing. Latihan rutin, heyking dan kemah akhir tahun. Tindak lanjutnya, masih difikirkan.
Itulah mengapa, kegiatan kepramukaan dari tahun ketahun semakin ditinggalkan. Ikut kegiatan pramuka sekedar menggugurkan kewajiban, karena pramuka sebagai ekstra wajib. Andai saja kegiatan kepramukaan diberdayakan lebih efektif, bukan mustahil akan menjadi sarana ampuh mencetak calon pemimpin yang lebih mumpuni. Tidak hanya sekedar sebagai kegiatan pengembangan diri. Terlebih kegiatan kepramukaan mampu menjembatani pembentukan generasi penerus yang siap meretas masa depan yang lebih baik. Laksana falsafah pohon nyiur lambang gerakan pramuka. Semoga. Salam Pramuka.

Tulisan ini ada di Majalah Media Jatim edisi Agustus 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar