Rabu, 16 September 2009

LAILATUL QODAR VS LIGA CHAMPIONS

Mulai Rabu dinihari, 17 September 2009 liga champions mulai babak penyisihan gruop. Berbarengan fase akhir ramadan. Kalau di liga champios, grup2 berebut meraih 2 besar untuk lolos ke babak KO. Di liga ramadan, kaum muslim berebut malam kemulian 1000 bulan.
Persaingan di waktu bersamaan. Manakah yang lebih banyak fansnya?
Nongkrong di depan TV atau melawan kantuk i'tikaf di masjid?
Semua menjajajikan tontonan menarik. Bedanya liga champions menyajikan pertaruhan gengsi sebuah klub dalam kurun waktu sektar 90 menit. Pertandingan yang menuntut kekuatan fisik adu strategi, yang kadang dibumbuhi kekerasan dan permainan licik. Main kasar, mentekel, adu siku, tarik-menarik kaos kalau perlu diving biar dapat penalti. Semua demi kemenangan. kemenangan yang bisa mengangkat pamor. Dan yang kalah siap menerima hujatan dari fansnya.
Yang menonton pun tak kurang nahan nafas. nahan nafas karena gregeten tim jagoannya tak kunjung mencetak gol. Atau gemes jagoannya kalah. Bukan saja kecewa dengan kekalahan tim jagoannnya. Yang lebih membuat menyesal, karena taruhannya kalah.
Liga champions atau bentuk-bentuk pertandingan lain memang mampu menarik para penggilanya. Celakanya Sport ini sering ditungangi berbagai jenis pertaruhan. Hanya untuk mengadu nasib, memperoleh pundi-pundi.
Beda dengan malam-malam ganjil di akhir ramadan. Malam lailatul qodar yang memeperebutkan mahkota tak ternilai, tidak saja melibatkan 2 tim. Tetapi kompetisi ini melibatkan lebih banyak orang. Siapapun berhak memperebutkannya. Siapa yang mau bangun malam beri'tikaf di masjid dan bersiap mendapat serangan nyamuk. Berhak meraih malam seribu bulan. Batas waktunya lebih lama hingga menjelang subuh. Goalnya tercipta, tanpa ada sorak sorai penonton. Siapa yang menang tidak ada yang tahu. Hanya Alloh yang mengetahuinya.
Lailaltul qodar menjadikan malam-malam ramadan lebih bermakna. Lailatul qodar tidak bisa dinikmati apalagi diraih hanya dengan menontonnya. Bagi yang istiqomah menghidupkan malam-malam ramadan, bukan mustahil akan meraihnya.
Namun sayangnya kadang lailatul qodar kalah dengan liga champions. Masjid2 kalah ramai dengan pemirsa liga champions di depan TV.Meski yang nonton hanya bisa melihat, tanpa dapat merengkuh mahkota liga champions, meski tim yang didukungnya muncul cebagai jawara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar