Jumat, 26 November 2010

PENDIDIKAN DEMOKRASI BAGI GURU

Tulisan sdr Muhibuddin di opini Jawa Pos (25/11) mengusik guru untuk berintrospeksi. Layakkah guru berdemo? Sudah mampetkah saluran demokrasi bagi guru? Jika selama ini guru merasa terkekang hak asasi berpendapat, ini hal yang ironis di era reformasi. Mungkin juga guru tidak mempunyai keberanian bersikap secara individu. Namun, jika demo menjadi senjata pamungkas untuk melampiaskan hasrat berdemokrasi, perlu pertimbangan masak-masak.

Sebagai insan cendekia, guru seyogyanya mampu menahan diri untuk tidak bertindak arogan, tidak sopan santun apalagi anarkis. Guru adalah teladan bagi siswanya. Apa yang dilakukan guru akan dianut dan ditiru siswa. Masih ada jalan elegan untuk menyampaikan pendapat. Baik melalui forum ilmiah, media atau organisasi guru (PGRI). Keberanian guru menyampaikan kebenaran dalam bentuk tulisan di mass media akan lebih baik untuk membangun opini publik dan bernilai akademik.

Perlu juga guru disegarkan kembali pemahaman demokrasi dengan pendidikan demokrasi. Agar penyaluran aspirasi guru lebih tepat sasaran, bernilai ilmiah, bermartabat serta mendapat simpati dan empati. Demokrasi jangan diidentikkan dengan demo. Agar guru tetap digugu dan ditiru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar