Kamis, 07 Oktober 2010

BANK GURU, KONSUMERISME VS PROFESIONALISME

Ada satu terobosan PGRI, mendirikan Bank Guru. Sebuah inovasi menangkap peluang usaha. Besarnya dana yang berputar pada diri guru merupakan pangsa pasar potensial. Apalagi semenjak sertifikasi guru, tunjangan profesi pendidik (TPP) membuat kantong guru rutin terisi pundi-pundi rupiah. Namun sayangnya, banyak dijumpai/ditengarai uang sertifikasi ini belum dimanfaatkan sesuai tujuannya. Lebih banyak membuat guru konsumtif.

Dengan penggajian melalui rekening salah satu bank yang ditunjuk saja, tidak sedikit gaji guru yang mendekati ambang batas kecukupan hidup. Dengan syarat amat mudah guru bisa mencairkan kredit. Belum lagi di tempat lain. Jika nantinya ada Bank Guru dengan bidikan utama guru, seyogyanya Bank Guru tidak menjadikan Guru sebagai obyek utama sasaran tembaknya.

Merangsang guru sebagai pemilik saham memang sangat baik untuk mendidik guru menjadi seorang pengusaha mini. Namun demikian mendirikan bank, bukan tanpa resiko. Jika nantinya terjadi hal terburuk pada bank guru, ini menjadi preseden buruk bagi guru. Bank guru semoga tidak menjebak guru dalam pola konsumerisme. Guru memang perlu wadah tepat untuk mengelola dana TPP-nya. Akan lebih utama mendirikan lembaga konsultan profesionalisme guru. Tidak sekedar menyediakan layanan seputar profesi guru, tetapi juga memberikan bantuan konsultasi pengelolaan menyangkut hajat hidup guru. Agar guru benar-benar profesional, baik dalam pendidikan maupun di masa pensiun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar