Minggu, 03 Oktober 2010

SARUNG BERBUNTUT

Ngamal jadi ngomel. Kalimat yang cocok untuk menggambarkan kejadian ini. Berawal ingin sodaqoh, akhirnya berbuah dosa.
Kejadian menjelang Hari raya kemarin. Tetapi baru teruangkap lusa. Ini menimpa famili saya. Sebut saja mas hadi. Waktu puasa ia berkeinginan memberikan sodaqoh sarung kepada tetangganya, mbah Bejo. Mbah bejo ini kan tinggal dengan dua anaknya dengan ekonomi pas-pasan. Terletak di barat rumah.
Mas Hadi pun berpesan kepada istrinya, mbak Umi untuk menyerahkannya. Mendapat amanah, ia pun melaksanaknnya. Sarung yang ada di almari dan masih terbungkus rapi ia berikan kepada mbah Bejo.
Keesokan harinya mas Hadi melihat sarung yang mau diberikan sudah tidak ada. Ia lalu menanyakan kepada istrinya, apakah sarungnya sudah ia berikan.
Yaa si istripun menjawab iya.
Mas hadi lalu mengatakan, bahwa dalam sarung itu ia menyimpan uang Rp 400.000,00. Kontan saja ia lemes. Sedang mbak Umi tidak bisa berbuat apa dan mohon maaaf. Dia kan tidak tahu kalau dalam sarung itu ada uang mas Hadi buat lebaran. Makanya, para suami jangan suka menyembunyikan uang dari istri. Bisa sial kan!
Akhirnya Mas Hadi berrencana mau menanyakan kepada mbha Bejo. Namun ia sungkan. Masa sarung yang bari dbeikan mau ia tanyakan. Akhirnya sang ibunya yang bertindak. Ia lalu menyelidik. Bukan kepada mbah Bejo, tetapi kapada cucunya, si Ipin.
Si Ipin pun menceritakan apa adanya, bahwa memang ada uang 400 ribu. Dan uang itu dipakai bapaknya. Nah, sialnya uang itu dipakai bapaknya dan mungkin ia manganggap ini satu paket dengan sarung, Rejeki jelang Lebaran.
Meski ceritanya simpang siur, kira2 ibu mas Hadi menanyakan hal uang itu. Dan berharap uangnya dikembalikan, karena memang untuk keperluan hari raya.
Namun, nampaknya yang bawa uang tidak mau tahu. Mungkin saja uangnya sudah habis buat lebaran. Lha kok uang yang dikira hadiah, uang saya saja yang dibawa yang katanya mau dibuat ongkos kerja buat batu bata saja sampai sekarang masih dibawa, dan ia belum menyelesaiakn kewajibannya. Yaa jangan harap uang itu kembali.
Puncaknya, karena akhirnya mbah Bejo mendengar sarungnya bermasalah. Iapun mengembalikan sarung itu. Lucunya tidak ada yang berani mengembalikan. Sarung itu ia titipkan ke keponakan atau entah kepada orang lain untuk segera dikembalikan. Dan sampai saat ini belum ada yang berani mengembalikan. Kuatir masalah berbuntut panjang dan menyulut permusuhan dengan tetangga. Semua gara gara sarung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar