Senin, 18 Oktober 2010

PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

BERSIH DAN SEHAT AWAL MENGGAPAI PRESTASI
Menyimak salah satu iklan sabun mandi yang menunjukkan perbedaan kebiasaan hidup bersih. Kelompok anak yang rajin memelihara kesehatan, kehadirannya lebih baik. Meski hanya iklan, hal ini cukup memberi pendidikan bahwa hidup bersih itu menyehatkan. Berdampak positif terhadap prestasi siswa. Hidup nikmat perlu sehat. Ingin sehat, lakukan pola hidup bersih, sehat dan alami.
Trend kehidupan pun mengarah back to nature. Gaya hidup dan pola makan menjadi komoditi dan industri menjanjikan. Tidak hanya dalam bentuk asupan makanan. Tetapi berbagai pola dan gaya hidup mulai dikemas dalam bentuk kegiatan ataupun paket-paket sehat alami. Sudah barang tentu model seperti ini menuntut lingkungan dan pribadi bersih. Bersih dari hal-hal berbau penyakit, kotoran ataupun tindakan yang dapat merugikan kesehatan pribadi, orang lain dan lingkungan sekitar.
Tetapi inilah anehnya manusia. Meski mengetahui dampak buruk pola hidup tidak sehat, mereka toh tetap tidak mau menghentikan kebiasaan buruk itu. Membuang sampah sembarangan, makan tak terkontrol, narkoba termasuk merokok yang akhir-akhir ini menjadi polemik antara halal dan haram. Efek negatif yang ditimbulkan baik terkait dengan kesehatan, sosial ekonomi termasuk banjir rasanya hanya menjadi bumbu berita. Dianggap angin lalu. Baru ketika efek buruk menimpa, sebagian kebiasaan buruk itu terhenti. Meski di waktu berikutnya kambuh lagi.
Bagaimana menyadarkan orang agar hidup bersih dan sehat? Selain penyadaran dari orang lain dan diri sendiri, ada baiknya sekali waktu dilakukan pembiaran. Mungkin jika mereka terkena dampaknya akan tersadar. Di saat terkena musibah itulah orang lain akan lebih mudah memberi masukan, apa yang sebaiknya dilakukan.
Ketika seseorang mencoba melakukan pola hidup sehat dan bersih sendiri, seringkali niatan itu kandas di tengah jalan. Kalah dengan pengaruh dan ego. Suatu program efektif dilaksanakan jika kegiatan ini dikoordinir. Yang bersifat pribadi, tergantung niat dan tekat masing-masing. Sedang yang diterapkan dalam satu komunitas, perlu ada kesepakatan bersama. Sejenis pakta integritas hidup bersih dan sehat. Di dalamnya diatur bagaimana melaksanakan beserta aturan yang disertai rewards bagi yang berhasil dan hukuman bagi pelanggarnya.
Mengerjakan sesuatu itu susahnya di awal. Budaya masyarakat masih suka mencari figur sebagai panutan dan teladan. Seyogyanya dalam mengimplementasi pola hidup bersih dan sehat melibatkan seluruh warga dengan menempatkan tokoh masyarakat dan tokoh idola sebagai leadernya. Kemanunggalan antara pimpinan, tokoh masyarakat dan warganya akan dengan mudah mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Jika hal ini diterapkan di sekolah, guru dan siswa dapat menyusun agenda serta tata aturan sendiri. Baik pengelolaan maupun pelaksanaannya. Misalnya saja, guru dan siswa mempunyai tanggung jawab kebersihan, keindahan serta kelestarian pada lokasi tertentu selain kelasnya. Kelas tersebut berkewajiban memelihara dan memberi sanksi bagi siapa saja yang mengganggu daerah kekuasaannya. Baik berupa materi atau aksi.
Untuk urusan sekolah bersih dan sehat, pemerintah mengapresiasi sekolah bersih, sehat berwawasan lingkungan ini dengan memberi penghargaan sekolah Adiwiyata. Sekolah yang menyandang gelar ini minimal mempunyai komitmen tinggi mewujudkan lingkungan bersih, hijau dan sehat. Sekolah Adiwiyata harus mampu mengikut sertakan partisipasi masyarakat sekitar dalam mewujudkan lingkungan bersih, sehat dan hijau. Sekolah juga harus bisa memberdayakan potensi yang ada di dalam sekolah terutama siswa sebagai agen pencipta kebersihan. Kehidupan sehari-hari warga juga harus mencerminkan hidup sehat. Meminimalkan sampah anorganik, mendaur ulang sampah serta mampu meningkatkan nilai jual dari produk yang dihasilkan. Ditopang semangat kemandirian siwa sebagai motor penggerak.
Untuk itu perlu modal dasar bagi siswa dalam penciptaan sekolah sehat. Melalui pendidikan lingkungan yang terintegrasi maupun mandiri, siswa diajak langsung mempraktekkan dalam keseharian. Karena anak lebih suka hal nyata daripada teori belaka.
Mengingat issu iklim global makin menggema, dan ancaman kerusakan bumi kian nyata pendidikan lingkungan hidup perlu diajarkan. Hanya saja hal ini harus luwes dilaksanakan agar tidak menambah beban belajar siswa. Untuk yang satu ini pemerintah daerah juga ikut berperan. Ambil contoh, untuk urusan pendidikan lingkungan hidup kabupaten Madiun boleh bangga. Mulai tahun pelajaran 2009/2010, Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi muatan Lokal wajib bagi sekolah menengah di wilayah kabupatena Madiun.
Jika tidak menjadi mata pelajaran sendiri, pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup dapat dimasukkan dalam indikator KD mata pelajaran. Pada mata pelajaran IPA, IPS, PKn dan pendidikan agama hal ini lebih mudah. Biologi misalnya, banyak materi terkait lingkungan dan makhluk hidup. Mulai ekosistem, anatomi, perkembangbiakan sampai adaptasi makluk hidup. Guru agama dengan hadist annadhofatu minal iman, kebersihan itu sebagian dari iman dapat menggiring anak hidup lebih bersih. Apalagi pada materi peribadahan yang mewajibkan umat bersuci untuk mengerjakan ibadah. Ini jelas-jelas membimbing manusia hidup bersih dan sehat. Dengan berbadan sehat dan hidup bersih pula anak-anak lebih mudah berprestasi berhias iman dan taqwa.
Pendidikan lingkungan hidup yang diberikan sejak dini adalah awal bagi penyelamatan umat manusia dari kehancuran. Semua pasti berharap agar kiamat tidak datang lebih awal. Bukan karena pengaruh ramalan suku maya, bahwa 2012 akan terjadi kiamat. Tetapi ulah manusia yang membabi buta mengekploitasi alam dan pola konsumtif telah menjadikan iklim dunia semakin panas. Pemanasan global sudah mulai menampakkan keganasannya. Iklim dunia tak menentu, sulit diramalkan. Es di kutub mencair, permukaan laut sedikit demi sedikit naik. Kalau pemanasan global tidak bisa dikendalikan, beberapa kota dan pulau segera lenyap. Dan kehidupan manusia dengan sendirinya terancam. Harapan hidup bersih dan sehat tinggal kenangan. Apalah gunanya bersih dan sehat, jika tidak ada tempat bernaung.
Kita tidak ingin kesadaran pentingnya lingkungan hidup baru muncul tatkala musibah datang. Penyelamatan lingkungan tidak cukup dalam bentuk kurikulum, seminar, konferensi ataupun poster. Penyelamatan lingkungan perlu aksi nyata, bukan sekedar retorika dan wacana. Saatnya bertindak sebelum terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar