Sabtu, 22 Januari 2011

JIKA PRESTASI DIKALAHKAN PRESTISE

Ingat PSSI kan? Hingar bingar para bintang pemain merah putih membela tim nasional hanya seumur jagung? Tak lama berselang berubah jadi kemelut dalam selimut persepakbolaan Indonesia. Apalagi kalau tidak mempertaruhkan gengsi dan harga diri.

Lahirnya Liga Premire Indonesia disikapi berlebihan oleh PSSI. Bukan memberi dukungan, mengajak berkolaborasi memajukan sepakbola nasional, eehh malah mengajak berseteru. Menganggap LPI Ilegal dan mengahramkan pemain LPI masuk skuad merah putih. Dampak awalnya sudah terlihat, ketika menyeleksi pemain untuk Sea Games dan pr Olimpiade, pemain terpilih kurang greget. Bahkan pemain yang berkompetisi di luar negeri dan rencananya dinaturalisasi, tidak lolos seleksi. Siapa yang rugi? Bukan PSSI, tetapi Bangsa Indonesia.

Coba kalau PSSI legowo, dan menganggap LPI sebagai mitra kerja. Akan terjadi kompetisi yang lebih sehat. Apalagi dana LPI murni swasta. Tidak menggunakan uang rakyat, menyedot APBD. Dengan biaya murah dan bertekad melaksanakan kompetisi secara fair play. Lihat saja wasit yang digunakan, ambil dari luar. Kuatir wasit dalam negeri sudah terkontaminasi virus suap. Kalau pada akhirnya nanti pemain LPI lebih unggul dan membawa prestasi siapa yang menuai malu?

Arogansi dan Prestise Pribadi yang dibawa ke dalam organisasi sering kali membawa bencana. Manusia tidak perlu merasa dirinya harus dihargai. Tidak perlu merasa direndahkan jika yang lebih kecil atau yang baru lahir berkeinginan untuk maju, demi mengharumkan korps. Namun sisi lemah ini pula yang sering membuat manusia menyesal di kemudian hari. Ketika bersikukuh mempertahankan pendapat dan kemauannya, akhirnya mengorbakan kepentingan yang lebih besar. Demi prestise, prestasi dikorbankan.

Padahal prestasi tidak bisa diukir setiap saat. Prestasi tidak bisa diukir sebarang orang. Ketika ada orang tepat di waktu yang tepat pula, seharusnya orang bisa memanfaatkannya untuk memacu berprestasi lebih tinggi lagi. Meski prestasi yang diraih bukan untuk pengukir prestasi itu sendiri. Banyak orang yang terangkat derajatnya jika ada manusia kecil di bawahnya berprestasi. Namun apa daya, kadang peluang ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hanya karena harga diri dan prestise pribadi, prestasipun terbengkalai. Kasihan dech!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar