Minggu, 23 Januari 2011

SUSAHNYA MENGGELAR PESTA PERNIKAHAN SAAT KEBUTUHAN DAPUR MAHAL

Inilah resiko yang harus ditanggung keluarga yang menggelar hajatan pesta pernikahan saat kebutuhan dapur mahal. Harga Cabe, beras, bawang merah serta gula tidak mau kompromi, membumbung tinggi. Kebiasaaan masyarakat Indonesia yang suka masakan pedas dan berempah, tentu saja terkena dampak buruknya.

So pasti, anggaran yang dirancang jauh hari tidak cukup memenuhi kebutuhan bila tidak ada perubahan menu. Termasuk bawaan ibu-ibu yang mbecek. Biasanya ibu-ibu membawa beras, gula, mie atau kebutuhan dapur lainnya. Apalagi kalau ibu-ibu ini punya catatan barang bawaan yang punya hajat ketika bertamu kepadanya. Bisa pusing tujuh keliling bila barang bawaannya dulu rata-rata lombok . Bagi ibu yang kreatif dan perhitungan bin cuek, bisa jadi barang bawaannya diganti amplop, senilai barang bawaannya dulu. Ngirit! Dan ini sebenanrnya kesalahan budaya, mancatat pemberian orang lain untuk dibalas waktu yang memberi punya hajat. Nilai keihklasannya hilang.

Lantas bagaimana usaha tuan rumah yang punya hajat pesta pernikahan, agar tidak tekor, syukur untung? Kalau siap jadi omongan banyak orang buat saja menu spesial. Minim lombok, gula dan bawang merah. Minumnya air mineral, sajian makanannya dari berbagai olahan mie, kuenya umbi-umbian, buahnya berbagai jenis pisang atau buah dari kebun dsb. Orang pasti mengira pestanya mirip pesta kebun. Bernuansa alam dan bertema makanan sehat. Padahal itu hanya untuk menghindari kerugian. Tetapi semua kembali kepada yang punya hajat. Kalau tetap memaksakan diri dengan menu standar, siap saja setelah pesta digelar garuk-garuk kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar