Kamis, 08 Oktober 2009

BUKAN NEGERI KUTUKAN

Kalau saja Malin Kundang tidak lahir di Sumbar, mungkin Padang tidak kena gempa. Anadai saja Malin Kundang tidak dikutuk Ibunya, Ia masih mungkin bertobat. Sayang, Malin tidak cepat bertobat, dan berubahlah ia menjadi batu. Batu yang mengandung kutukan. Batu yang menghadap Padang sebagai penyambut selamat datang. Bagaikan lambaikan Malin Kundang menyambut tamu. Tamu tak diundang. Tamu itu bernama gempa. Mungkin itu anggapan beberapa orang, mengapa Padang jadi langganan gempa. Goyangan pelan mengguncang. Bagaikan liukan penari. Menggoyang semua yaang ada di permukaan bumi. Gedung, rumah, dan nyawa berguguran. Laksana Padang kena balasan Malin Kundang. Malin yang dulu dihujat dan dikutuk itu membalasnya dengan amarah. Sekali gertak, bumi merekah. Lapisan2 bumi patah. Saling mendorong dan menerjang. Energi2 dilepaskan. Naik ke permukaan, menghempaskan semua harapan.
Tapi itu hanyalah pemikiran orang yang terlalu sering menghayal. Yang banyak percaya tahayul dari pada menggunakan akal. Orang-orang Padang adalah salah satu contoh bagi banyak orang. Orang2nya pekerja keras, suka merantau tuk tak hanya sekedar cari makan. Mereka terkenal menjunjung tinggi nilai agaman dan kesopanan. Suka menolong dan tinggi toleransi. Mempunyai etos kerja tinggi dan berdedikasi.
Padang memang sedang dicoba. Menguji iman dan taqwa.
Padang meradang bukan karena kutukan. Bukan balas dendam si Malin Kundang.Jangan menuduh jangan berburuk sangka. Mereka yang kena musibah belum tentu karena banyak berbuat dosa. Orang baik kadang dicoba. Orang jahat kadang diberi hidup mulia, meski hanya di dunia.
Padang hancur karena memang bumi sedang bergeliat. Lapisan kulit bumi bergerak menuju titik stabil yang ditata malaikat. Kulit2 yang kadang bertemu, menyapa. Berucap salam, tanpa jabat tangan. Gerakan kulit yang tak akan berhenti sampai kapan. Semua hanya karena perintah Tuhan. Kalau berhenti, itu pertanda akhir jaman.
Bencana gempa bukan kutukan. Semua bisa dikaji dan ditelah. Dengan kajian agama atau ilmiah. Mengharap manusia mengambil hikmah. Adakah yang bisa dipetik dibalik musibah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar