Sabtu, 10 Oktober 2009

LESSON STUDY : MURID DIBIDIK GURU TERTEMBAK

Tidak banyak negara yang memikirkan pendidikan negara lain. Dan Jepang adalah salah satu di antara negara yang peduli dengan pendidikan negara lain itu. Setelah kalah perang, Jepang sangat intens dengan pendidikan. Hasilnya, bisa kita lihat sendiri. Jepang menjelma menjadi negeri adidaya dalam bidang industri dan ekonomi. Apapun produk Negeri Matahari Terbit itu ditawarkan, pasti banyak yang merespon. Tidak hanya produk otomotif atau pernak-pernik elektronik.
Dalam bidang pendidikan pun pembelajaran di Jepang banyak menjadi rujukan. Saat ini di Indonesia mulai gencar dimasyarakatkan sebuah study pembelajaran, Lesson Study. Lesson Study yang diadopsi dari Jepang ini dikenalkan di Indonesian mulai tahun 2006. Dan mungkin kita akan mengamini. Produk apapun dari Jepang, rata-rata bisa diterima masyarakat Indonesia. Selain sudah terbukti kualitasnya, produk Jepang biasanya canggih, sederhana, efisien dan multi guna.
Apalagi sistem pembelajaran kita menurut banyak pakar masih jauh dari harapan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dikemas dalam berbagai bentuk program menunjukkan hasil bervariasi. Inovasi-inovasi pembelajaran telah melahirkan beribu ide pemikiran, dengan berbagai catatan. Meski demikian pemerintah tidak henti-hentinya mencari formula terbaik bagi peningkatan mutu pendidikan.
Saat ini sekolah dan guru menjadi fokus upaya peningkatan mutu pembelajaran melalui berbagai paket kebijakan. Mulai sekolah gratis, BOS, workshop, diklat guru, blockgrand dan sebagainya terutama peningkatan kesejahteraan guru dengan tambahan tunjangan professional. Goal-nya masih menjadi pertanyaan besar. Semua bentuk paket tersebut membutuhkan biaya tidak sedikit. Berdasar analisis para pakar pendidikan, mutu pendidikan masih belum jauh beranjak dari keadaan sebelumnya. Bahkan guru semakin disibukkan dengan kepentingan dirinya sendiri. Memperbaiki nasib kehidupannya sendiri lewat pemenuhan syarat-syarat sertifikasi untuk memperoleh tambahan tunjangan guru. Pembelajaran di kelas sering diabaikan. Dampaknya jelas, murid terlantar dan pencapaian pendidikan bermutu tersendat di perjalanan.
Padahal peningkatan kualitas pendidikan sangat tergantung dari pembelajaran di kelas. Tidak adakah cara yang lebih elegan agar peningkatan nasib guru tidak mengorbankan anak didik? Jika ada kemauan pasti ada jalan. Salah satu upaya peningkatan kualitas pembelajaran ini dapat dilakukan dengan Lesson Study. Di samping tepat sasaran, lesson studi berbudget kecil tetapi berefek besar.
Lesson study memfokuskan perbaikan pembelajaran guru di kelas yang berhulu dari guru, oleh guru dan untuk guru. Semuanya bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan. Meski saat ini Lesson Study baru mulai ditumbuh kembangkan, tetapi melihat hasil yang dicapai di sekolah-sekolah piloting (Jawa Timur di Pasuruan), hal ini sudah menunjukkan bahwa Lesson Study cukup menjanjikan.
Apalagi pemerintah Jepang melalui JICA (Japan International Cooperation Agency) sudah memberikan sumbang sihnya bagi pelaksanaan Lesson Study di Indonesia. Uluran tangan ini bagai hujan di musim kemarau. Bak gayung bersambut, harapan peningkatan mutu pendidikan mendapat perhatian, meski itu dari negara lain. Kita tidak perlu suu’dzon, ada apa di balik ini? Apakah bantuan-bantuan ini akan seperti IGGI di masa lampau? Kita berharap tidak akan seperti itu. Kualitas pendidikan Jepang terbukti melahirkan generasi-generasi handal yang mampu membuat Jepang negara adidaya di bidang ekonomi, patut dicontoh sistem pendidikannya.
Seringkali para pakar pendidikan Jepang, membandingkan pembelajaran Indonesia dan Jepang. Mulai cara guru mengajar, bagaimana anak belajar, media yang digunakan, hingga kebijakan pendidikan. Seolah membandingkan antara bumi dan langit. Ternyata pendidikan di Jepang tidak melulu menggunakan media canggih dalam pembelajarannya.

PLAN DAN GUDEL
Kegiatan Lesson Study terpola dengan plan-do-see. Pola ini mengantar guru untuk memperbaiki pembelajarannya tanpa memposisikan guru sebagai subyek kelinci percobaan. Diawali perencanaan (plan), guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dibuat sendiri atau secara bersama-sama sebagai desain pembelajarannya nanti. Dengan demikian desain pembelajaran yang dibuat sudah menskenariokan apa yang dibutuhkan dan yang akan dilakukan di dalam kelas.
Andaikan pembelajaran di kelas seperti sinetron, adegan akan lancar dan menjadi tontonan bahkan tuntunan manarik jika penulis skrip mampu menghadirkan skenario yang bisa menggugah perasaan penontonnya. Dalam hal ini guru bersama rekan sejawat dapat berkolaborasi mempersiapkan RPP sebaik mungkin. Mulai detail kegiatan di kelas hingga property yang diperlukan selama open class.
Layaknya model pembelajaran yang sering diterapkan guru kepada siswanya. Antar guru juga perlu melakukan pembelajaran kooperatif atupun kolaboratif. Hal ini tidak saja memudahkan kerja guru, tetapi perencanaan yang disusun menjadi lebih berwarna dengan masukan-masukan guru. Di samping itu, jika dalam plan terdapat muatan-muatan yang memerlukan media/materi ekstra, guru lain dapat membantu menyiapkannya. Hal ini berdampak positif bagi guru model dan guru lain yang mungkin akan menjadi observer untuk menemukan kemungkinan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas nanti. Kolaborasi ataupun kooperatif antar guru juga bisa meminimalkan sekat diantara guru model dan observer. Manfaat lainnya mengeliminasi rasa grogi dengan terjalinnnya komunikasi dan interaksi intens.
Di awal pertemuan ini pula ditetapkan siapa guru yang akan tampil sebagai guru model, alias gudel. Ada sebuah joke. Gudel Indonesia itu bisanya makan, tidur dan menurut apa yang diperintahkan majikannya. Kalau gudel Jepang, tanpa disuruh mampu mengajar dan berkreasi. Mengapa? Karena gudel Indonesia itu anaknya kerbau sedangkan gudel Jepang itu guru model yang telah mengikuti Lesson Study. Tapi untuk do ini, gudel Indonesia adalah guru yang sudah siap mengikuti Lesson Study. Bukan gudel anak kerbau.

LS BUKAN PERTUNJUKAN
Setelah plan matang disusun, pelaksanaan (do) di depan kelas menjadi focus dalam Lesson Study. Perlu menjadi tekanan di sini. Bahwa Lesson study sebagai sebuah studi pembelajaran bukan untuk melihat pembelajaran terbaik di depan kelas. Lesson Study bukan pertunjukan yang dipertontonkan kepada para guru (observer). Sehingga para observer terkagum-kagum kepada pengajar.
Fokus para observer pada siswa, bukan kepada guru. Beberapa hal yang menjadi perhatian para observer ini diantaranya mengamati aktivitas anak. Kapan mereka mulai perhatian terhadap pelajaran, kapan anak-anak mulai bosan, mengapa meraka demikian dan memetik hikmah dari apa yang terjadi selama pembelajaran di dalam kelas tersebut. Dalam pengamatan tersebut observer harus memperhatikan dan mencatat aktivitas siswa secara detail. Termasuk mencari hal-hal yang menjadi masalah pada anak. Permasalahan ini dicatat sebagai bukti nyata yang akan digunakan sebagai alasan dalam kegiatan refleksi.
Meski demikian bukan berarti hanya kekurangan atau kejelekan saja yang dicatat. Hal-hal positif yang terjadi juga perlu diobservasi dan dicatat yang mungkin nantinya sebagai disampaikan sebagai terapi pembelajraan.
JANGAN MENGHAKIMI GUDEL
Tahap akhir open class dalam LS adalah see, berisi refleksi. Refleksi dilakukan segera setelah do dilaksanakan. Jangan menunda refleksi, agar hal-hal yang diperoleh selama do tidak lenyap dari ingatan dan kehilangan momen. Dalam pelaksanaan refleksi ini diperlukan seorang moderator. Moderator menjadi kunci jalannya refleksi. Yang menjadi tekanan dalam see ini, para observer hanya menyampaikan temuan yang diperoleh, berupa catatan catatan kejadian yang dilakukan siswa yang sudah diamati selama open class.
Jadi refleksi bukan ajang pengadilan bagi guru model. Kelihaian moderator mengatur jalannya refleksi dapat menggali informasi sedalam-dalamnya dari temuan yang diperoleh. Selanjutnya temuan itu menjadi umpan balik. Tidak saja bagi guru model, tetapi bagi seluruh observederator tidak perlu menyimpulkan hasil. Apa yang disampaikan selama refleksi menjadi masukan bagi guru model khususnya dan bagi para observer pada umumnya. Refleksi merupakan ajang evaluasi guru model tanpa harus langsung menunjukkan kesalahan guru dalam proses PBM. Evaluasi terhadap aktivitas siswa merupakan awal dari koreksi bagi pengajaran guru.

MURID TERBIDIK GURU TERTEMBAK
Apa yang dilakukan selama Lesson Study ini merupakan awal bagi perbaikan pembelajaran di kelas. Dari pengamatan observer kepada siswa, dapat digali hal-hal positif dan negative untuk perbaikan pembelajaran di kelas pada masa datang. Dengan demikian, guru model sebagai pemeran utama dalam do tidak merasa sebagai obyek kelinci percobaan. Yang dicari-cari kesalahannya. Tetapi guru model hanyalah salah satu unsur yang menjadi sasaran tembak bagi perbaikan pembelajaran. Dengan demikian Lesson Study yang menitik beratkan pengamatan kepada peserta didik sebagai titk bidikannya. Tetapi pada akhirnya, guru menjadi sasaran tembak tidak langsung. Tanpa mereka (guru) merasa ditelanjangi di depan orang banyak. Anda ingin merasakan jadi gudel,silakan terapkan Lesson Study di sekolah anda.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar