Selasa, 20 Oktober 2009

RED CARPET SANG NOMINATOR

Berjalan memasuki rumah di Cikeas. Duduk antri menunggu. Masuk ruang diwawancarai. Keluar ruang disongsong mimbar. Berkomentar seputar hasil wawancara. Itulah ceremonial seragam yang terjadi beberapa hari ini di seputar kediaman SBY.
Kabarnya, mereka adalah calon menteri yang diseleksi pak SBY untuk menjalani uji kepatutan dan kelayakan.
Adakah mereka yang diuji itu tidak lulus? Apakah pemanggilan dan acara2 protokoler itu sekedar penasbihan dan show bagi mereka yang akan menduduki kursi kabinet?
Melihat acara di TV seputar pemanggilan calon mentri itu saya teringat dengan prosesi penganugrahan penghargaan. Mulai piala citra, hingga oscar. Para calon dinominasikan, dinilai, diberi piala dan berkomentar di atas pangggung.
Tapi bedanya kalau penerima penghargaan berjalan di ats karpet merah dan langsung jelas jenis/kategori piala yang diterimanya. Untuk prosesi fit and propertes ini, orang awam hanya bisa meraba-raba. Di Pos mana para nominator/calon jadi itu akan duduk.
Sekeluar dari wawancara, mereka rata-rata menyampaikan topik utama yang dibahas dengan pak SBY. Topik itu dikait-kaitkan dengan posisi yang akan dduduki. Padahal yang namanya wawancara seleksi, salah satunya mengetes kemampuan mereka dengan pos yang akan diduduki. Kalau saja materi utama tes tidak dijawab dengan baik, dan sang calon dipandang tidak cocok dengan rencana jatah kursi kabinet. Bisa saja sang calon tidak menduduki mentri sesuai dengan topik utama wawancara. Atau bisa jadi tidak jadi mentri. Tapi ya yang namanya politik, kayaknya para calon menteri sudah ge-er ang pe-de, bahwa mereka pasti jadi. Dan menduduki kursi sesuai dengan topik utama wawancara.
Kalau begitu buat apa ya diseleksi menjelang pelantikan dan penyusunan kabinet? Tidak jauh hari? Agar calon menteri yang dipilih benar2 kredible dan dapat diterima masyarakat dan pasar. Tidak sekedar layaknya para bintang yang berjalan di atas karpet merah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar