Minggu, 25 Oktober 2009

PTK BUKAN PETAKA

Persyaratan apa yang paling berat ketika guru mengikuti sertifikasi atau mengajukan kenaikan pangkat IV B? Yaa, salah satu persyaratan terberat adalah membuat karya tulis ilmiah Penelitian Tindakan kelas (PTK). Kalau waktu yang disediakan untuk mengumpulkan karya tulis ilmiah PTK hanya satu atau dua minggu, apa yang akan ditempuh? Copy paste, ”menjahitkan” atau beli PTK ”bulit up”. Boleh jadi jalan pintas akan ditempuh. Begitu kira-kira jalan pikiran paling praktis. Padahal masih ada jalan keluar elegan yang baik.
PTK janganlah dianggap guru sebagai petaka. PTK tidak lebih dari catatan harian guru dalam pembelajaran sehari-hari. Tanpa disadari guru yang mengajar dengan persiapan baik, menggunakan jurnal mengajar untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan ataupun kegagalan dalam pembelajaran telah mendokumentasikan sebagian instrumen untuk menyusun laporan PTK. Pengalaman yang dituangkan dalam jurnal kelas laksana diary guru untuk menggambarkan tindakan riil dalam mencari solusi memajukan pembelajaran
Apa yang ditakutkan guru untuk membuat PTK tidak beralasan sama sekali. Yang diperlukan hanya kemauan untuk menulis, menuangkan buah pikiran dari kenyataan yang dihadapi di kelas dan melengkapi instrumen. Kurangnya referensi pendukung sering membuat tidak ”pede” dalam menulis dari apa yang diyakini guru itu benar sesuai dengan tindakan nyata yang telah dilakukan yang sebenarnya telah terbuki memberikan nilai tambah bagi kemajuan pembelajaran. Pembelajaran inovatif guru yang mungkin belum pernah dilakukan orang lain menjadikan guru tidak yakin dengan apa yang ditulisnya. Akibatnya karya yang dikerjakan tersebut tidak terdokumentasi sebagai suatu tindakan inovatif. Menjadi karya tanpa berkas laporan meski hasilnya bermakna. Jika teori pustaka yang langsung berkaitan dengan inovasi belum ada, guru hanya memerlukan teori pendukung yang secara tidak langsung berkaitan dengan apa yang telah dilakukan.
Kelemahan lain dalam pembuatan PTK adalah ketakutan untuk berbuat. Takut berbuat kalau apa yang akan dikerjakan salah. Padahal lebih baik salah karena telah berbuat, daripada tidak pernah salah karena tidak berbuat. Kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran menjadikan PTK lebih berwarna dengan diskusi ilmiahnya yang diperbaiki melalui siklus-siklusnya.
Jika persyaratan pendukung PTK telah lengkap guru tinggal meluangkan waktu untuk menulis. Menuangkan buah pikiran dalam bentuk tulisan ternyata bukan barang mudah. Untuk memulainya perlu ”mood” tersendiri. Cara termudah adalah menulis sesuai apa yang ada dalam angan-angan tanpa mempedulikan terlebih dahulu kaidah bahasa yang benar. Setelah menjadi kalimat barulah ditata sesuai tata bahasa dan tata penulisan yang benar. Anggap saja ketika menulis seperti kalau orang bicara. Ide yang mengalir dalam pikiran ditulis apa adanya. Guru dengan enjoy menulis sesuai hati nurani.
Waktu tidak dapat diputar balik. Banyaknya budaya copy paste ataupun jual beli PTK adalah dampak tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik di kala waktu luang. Sebuah petuah mengingatkan untuk memanfaatkan waktu luang sebelum waktu repot itu datang. Bagi yang belum membuat PTK inilah saatnya mulai menulis. Jangan menulis hanya karena kewajiban, tapi menulislah karena suatu kebutuhan. Membuat laporan PTK bukan hal sulit. Kesulitan terjadi karena sebelum melangkah sudah merasa berat, atau malah mempersulit diri sendiri. Jika ada kemauan pasti ada jalan. Kalau membuat PTK bisa dipermudah kenapa dipersulit? PTK, siapa takut?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar