Jumat, 20 November 2009

DEMO GURU MADIUN

Tahun 2001 lalu guru-guru Madiun berdemo ria. Menuntut pembayaran tambahan gajinya yang tidak lekas dicairkan. Alhasil, uangpun cair. Sekarang juga santer isu, akan ada demo guru. Entah apa urgennya. Cuma kenapa sih harus demo? Beginikah model baru kaum intelek menyuarakan suara hatinya? Apa gara2 kabar burung kiamat 2012, kuatir kalau tidak demo keinginannya tidak terpenuhi? Lekas mati di telan 21122012?
Perbedaan kaum intelek dan yang bukan terletak pada pola pikir, pola kerja dan pola tindak dan lanjutnya. Seorang intelektual menggunakan daya nalarnya untuk merencanakan segala hal yang akan dikerjakan. Mempertimbangkan resiko dan mencari kelemahan dan kelebihan dari apa yang akan dikerjakan.
Didalam bekerjapun kaum intelektual bekerja sistematis, efisien dan efektif. Dan dalam menindaklajuti kerjanya, seorang intelektual mampu menemukan kesalahan yang dilakukan untuk diperbaiki dan mempertajam kelebihan untuk menciptakan keunggulannya.
Seorang intelektual lebih suka menemukan dan memecahkan masalah daripada mencari masalah dan memperkeruhnya.
Seorang intelektual lebih suka menghargai sebuah karya daripada mencaci karya yang dihasilkan oleh siapapun.
Siapa yang masuk kaum intelektual? Kaum pendidikan atau mereka2 yang mempunyai deretan gelar yang panjang. Apakah kaum buruh, kaum tani masuk golongan ini? Silakan dianalisa sendiri, karena saya yakin anda yang membaca tulisan ini pasti golongannya orang intelektual.
Kitapun sepakat, bahwa guru masuk golongan ini. Guru kaum intelek plus. Guru Tidak hanya memenuhi persyaratan di atsa, tapi terlebih guru bisa jadi teladan bagi siapapun yang ada di sekitarnya.
Oleh karena itu tidak pantas seorang guru menggunakan cara2 yang tidak cerdas. Cara yang bisa menjatuhkan harkat dan martabat guru. Sebagai kaum intelek, guru harusnya terbiasa menerima perbedaan dan mendengar berita yang bisa memerahkan telinga.
Apakah berita yang didengar itu enak atau tidak.
Jika saja berita yang didengar tidak mengenakkan, guru bisa menggunakan jalur yang ada untuk menuangkan perasaannnya. Malah jangan sampai guru sebagai biang kerok pembuat berita dan menyebarkan kabar tidak enak yang bisa merusak suasana.
Apalagi ada guru yang berinidiatif demo. Demo menuntut hal-hal yang tidak jelas parameter dan bukti outentiknya. Demi nafsu yang berdasarkan info tidak benar. Kalaupun toh bukti itu ada, guru demo laksana demonya kaum buruh hanya aka mencoreng muka sendiri. Guru kok demo. Apa bedanya dengan buruh. Apa bedanya kaum intelek dan bukan.
Demo sah, dan boleh-boleh saja. Kalau guru mau demo, lebih baik demo lah di depan kelas.
Lho kok di depan kelas, demo macam apa itu? Apa malah tidak mendidik yang baik di depan siswa?
Tentu ini demo yang lain. Demo guru di depan kelas adalah demo guru dalam pembelajaran. Mendemonstrasikan model-model pembelajajaran yang inovatif serta menampilkan kreasi media pembelajaran kepada anak-anak. Kalau guru rajin berdemo seperti ini, murid tidak saja tambah pinter. Tapi guru juga semakin tambah profesionalnya. Malahan kalau beruntung, demo guru di depan kelas dapat diolah menjadi sebuah mahakarya yang laik ditampilkan di berbagai forum lomba. Syukur2 bisa menang. Jika tidak menang demo guru di depan kelas akan memberika hikmah positif bagi siapapun yang melakukannya.
Bulan november ini baru ada 2 guru madiun yang demo. Satu ke Bogor 9-13 nov lalu, satu lagi demo ke jakarta 28 nanti.
Nah demo model ini yang positif. Demo ilmu! Ayo siapa lagi guru yang mau demo???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar