Selasa, 17 November 2009

PAHLAWAN CENDEKIA

Hidup ini aneh. Kata orang, sekarang ini menjadi orang baik itu sulit. Orang baik menjadi makhluk langka. Mereka2 yang disebut baik, belakangan ketahuan tidak baik juga. Orang yang kelihatan tidak baik, ternyata orangnya baik. Orang yang sebelumya b tidak baik, akhirnya tobat dan berbuat baik. Tapi karena sebelumnya tidak baik, orang yang berubah baik itu tidak masuk kategori baik, karena pernah berbuat tidak baik. Akhirnya terjadi krisis kepercayaan dan krisis orang baik.
Kalau orang baik itu sulit ditemukan, kapan muncul sebutan sosok pahlawan?
Pahlawan yang identik dengan orang yang sudah memberikan sumbang sihnya bagi kemashlahatan banyak orang semakin pelit dilekatkan pada diri seseorang. Kata pahlawan akhirya hanya melekat sekejap, tatkala orang itu memberikan jasa. Pahlawan bukan lagi gelar bagi mereka yang sudah memberikan bukti perjuangan dan dharma bbhkatinya semasa hidup dan dikenang ketika sudah mati.
Sebutan pahlawan segera melekat ketika seseorang berhasil memberikan nilai lebih atau menyelamatkan suatu hal dari situasi kritis. Tapi gelar pahlawan itu segera menguap tatkala penyandang gelar berbuat kesalahan. Apalagi perbuatannya merusak nama intitusi yang disakralkan.
Bagi guru yang lama menyandang gelar pahlawan tanpa jasa, rasanya tak merisaukan lagi sebutan gelar kepahlawanannya.
Tapi, guru sebenarnya mempunyai sebutan kepahlawanana yang tidak bisa melekat dan lepas begitu saja dari diri guru. Guru adalah pahlawan cendekia.
Yach.. pahlwan yang melahirkan manusia-manusia berilmu.
Tanpa melihat bagaimana kelak anak-anak yang sudah mendapakan ilmu dari gurunya menerapkannya. Seorang guru patut berbangga diri menyandang gelar pahlawan cendekia. Dengan ilmunya guru seolah sebagai nasabah bank yang setiap saat memasukkan rekening jariahnya dalam bentuk keilmuan. Ilmu yang kelak memberikan bunga amalnya di alam kubur dan siap menjadi kendaraan melaju di atas jembatan, shirothol mustaqim.
Gelar yang melekat ini tak perlu ceremony untuk menyematkan, tak perlu honor buat penghargaan dan tak akan lepas jika guru melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan ikhlas dan istiqomah.
Yang penting jangan jadi pahlawan kesiangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar