Sabtu, 21 November 2009

MARKUS, CAKAP DAN CAKIL

Setelah dunia binatang naik pamor, kini dunia wayang jadi tenar. Cakil, nama belakang tokoh antagonis buto Cakil. Mahkluk yang mewakili keangkara murkaan. Penuh tipu muslihat dan bersifat merusak.
Jika Buaya dan cicak melambangkan bentuk anatomi yang sangat berlawanan meski satu marga. Kini antara markus, madi, cakap dan cakil adalah tiga sejoli yang mempunyai tabiat sama.
Markus, makelar kasus. Madi, mafia peradilan, Cakap, calo kelas kakap dan cakil calo keliling. Daerah operasinyapun tidak jauh berbeda. Dunia hukum dan dunia abu-abu yang penuh liku-liku.
Pengistilahan para pelaku perusak hukum ini menunjukkan tingkat kepopuleran dan keruwetan penegakaan hukum di Indonesia.
Para oknum yang konon kabarnya sulit ditangkap, menunukkan kamuflase keterlibatan unsur2 penegak keadilan yang sedikit banyak sudah membumi dalam badan-badan sakral yudikatif.
Para pelaku tidak perlu ditenarkan dengan istilah2 yang dibuat penegak hukum sendiri. Karena orang menciptakan istilah sebenarnya sudah tahu apa sebenarnya yang terjadi.
Cuma keberanian mengungkap fakta dalam penegakan supremasi hukum masih menjadi hal tabu bagi penegak hukum sendiri.
Kekuatiran berlebihan andai saja ada pihak2 yang akan dirugikan dan menimbulkan efek salju yang membahayakan kestabilan berbangsa dan bernegara,
Lantas kapan mau menegakkan hukum, kalau penegaknya sendiri masih ragu dengan kekuatan yang berada di tangannya sendiri.
Akankan para cakil-cakil ini menjelma menjadi monster yang lebih menggila?
Apakah masih menunggu ratu adil dan raden gatot kaca bangun dari kuburnya. Apalagi cakil tidak takut 2012. Jangan-jangan penegak hukumnya main petak umpet sama cakil dan takut 2012 lantas cari aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar