Rabu, 24 Februari 2010

JANGAN OBRAL DOKTER

Pemerintah melansir masih membutuhkan 31 ribu dokter. Ini tantangan. Di satu sisi kebutuhan dokter mendesak, di sisi lain lembaga pencetaknya terbatas. Biasanya begitu kebutuhan mendesak, pengadaannya tergesa-gesa. Bisa jadi dokter diobral. Barang obralan berkonotasi mutu rendah. Tentunya menjadi dokter butuh orang pilihan. Namun sekarang, masuk fakultas kedokteran intelektualitas bukan lagi jaminan.
Berbagai jalur yang dibuka pihak perguruan tinggi masuk fakultas kedokteran seringkali menutup pintu kesempatan bagi mereka yang mempunyai kemampuan intelektual tetapi modal dananya kecil karena mahalnya ”sumbangan”. Kabarnya jalur seleksi melalui SNM PTN menyisakan sedikit jatah bagi mereka yang masuk kedokteran hanya bermodalkan otak. Yang lain lebih karena kantongnya tebal, dengan intelektual tidak begitu menonjol.
Mungkin maraknya dokter mal praktek ditengarai rendahnya kualitas dan kredibilitas dokter tersebut. Jadi kalau pemerintah berniat memenuhi kebutuhan dokter, tidak perlu tergesa-gesa mengejar tenggat waktu. Jangan sampai terjadi obral dokter. Pemerintah perlu memberi subsidi khusus program kedokteran.
Sehingga rekrutmen calon dokter tidak lagi mengedepankan besarnya sumbangan. Mereka kelak benar-benar bisa diandalkan bukan lantaran sertifikat dokter yang dikantongi. Tetapi memang karena kehandalannya menyelamatkan nyawa. Karena nyawa bukan mainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar