Rabu, 22 September 2010

TANGKIS KALI AMBROL






Musim ini memang aneh. Tidak ada musim kemarau. Hujan mengguyur hampir tiap hari. Para petani bingung memilih tanaman untuk sawahnya. Para pencetak bata apalagi, batu bata yang ia cetak banyak yang kembali ke induknya. Dari tanah kembalai ke tanah.
Tapi yang lebih bingung lagi para pimpro poyek. Bagaimana tidak. Bangunan yang ia bangun belum sempat setahun, terbukti tidak mampu menahan gempuran air. Contohnya proyek tangkis kali dekat rumah.
Belum ada satu tahun tangkis itu jebol dua kali. Kali pertama Januari lalu. Baru selesai dibangun, plensengan itu ambrol tidak kuat menahan terjangan dan tekanan air dari dalam tanah plengsengan. Maklum musim penghujan. Plengsenganpun direhab.
Kemarau ini proyek dilanjutkan kembali pada sisi lain termasuk perbaikan jalan.
Eee... sejak Senin malam tanggul itu hamil. Sisinya menggelembung. Karena sudah beberapa hari ini hujan mengguyur. Tidak hanya sisi dasar terkikis arus air, tengah badan plengsengan tidak mampu menahan air yang tertahan dalam kantong bantaran kali. Mungkin saja saluran pembuangan yang biasanya ditancapkan pada didnding plengsengan tidak mampu mengalirkan airnya dengan baik.
Pagi hari sisi plengsengan itu amblas, dan siang hari sekitar pukul 2, sy yang ada di kelas dikejutkan suara gemuruh disertai gearan hebat seperti gempa bumi. Saya kira ada suara supersonic dari jet atau elpiji meledak. Ternyata sepulang dari sekolah, plengsengan kali Ketawang di barat sekolah saya tambah lagi bagian yang ambrol. Dan ini pasti membuat pusing. Siapa yang pusing pemborong apa rakyat? Kalo ini masih menjadi tanggung jawab pimpro,cyaa pemborongnya. Tapi kalau sudah diserahkan ke pemda, rakyat yang jadi korban. Uang rakyat untuk menambal plengsengan ambrol. Minimal orang dapat hiburan, lihat dampak peristiwa alam dengan gratis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar