Senin, 28 Desember 2009

GURITA CIKEAS

Hewan berkaki banyak ini digambarkan sebagai hewan yang rakus dan suka menguasi. Maklum banyak tangan-tangan yang siap mencekeram mangsa. Senjata pamungkas lain menjadi alat membela diri. Siap menembakkan semprotan tinta. Meski demikian, gurita tetap jadi primadona. Rasanya yang enak menjadikan gurita jadi buruan nelayan. Harganya tinggi, nyarinya tidak banyak kesulitan. Dari gurita kecil yang lazim disebut cumi-cumi hingga gurita raksasa.

Sosok gurita inilah yang sering dijadikan orang untuk menggambarkan seseorang ataupun company yang mampu menguasai dan mengendalikan kekuasaan. Menerobos hingga celah sempit dan membelit siapapun yang menghadang. Menjadikan kaki-kaki sebagai penyokong keabadiannya. Menyingkirkan lawan yang mencoba menggangu. Berkamuflase diantara sekumpulan koloni untuk menyerap informasi dan menjadikannya sebagai alat bukti menjerat lawan.

George Adjitjondro pun kini menggunakan gurita sebagai judul bukunya. Buku George Junus Aditjondro berjudul 'Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century'. Buku yang langsung mengundang reaksi dari penguasa negara. Meski buku itu disusun berdasar bukti dan fakta yang dikumpulkan. Namun pihak-pihak yang ditulis meragukan kebenarannya. Dikuatirkan buku itu menimbulkan fitnah dan menjurus kepada penggiringan opini publik untuk mempercayai isi buku tersebut.
Itulah kekuatan sebuah buku. Mampu mempengaruhi pembacanya. Buku juga bisa menggurita dalam lubuk sanubari manusia. Menyusuri alam pikiran hingga bawah sadar. Gurita mana yang unggul, gurita yang ditulis atau gurita buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar